Hari ini gue menemukan dokter yang tepat. Nama dokternya.... siapa ya, gue lupa. Oke, anggaplah dia ini dokter Meredith Grey yang dipindahtugaskan dari Seattle Grace Hospital ke RS Haji, Pondok Gede. Dokter 'Meredith' ini adalah dokter spesialis kulit dan kelamin. Awalnya gue sempet ragu mau periksa kulit sama dia, soalnya yang gue butuhkan adalah dokter spesialis kulit dan kosmetik. Tapi kata mbak resepsionis rumah sakitnya, spesialis kulit dan kelamin itu sama aja kaya spesialis kulit dan kosmetik. Iya sih sama aja, sama-sama dokter kulit. Tapi kelamin sama kosmetik itu beda jauh loh mbak, jauuuuuh banget.
Akhirnya gue terpaksa memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin itu. Terpaksa.
Jam 10.30, gue sampe di RS Haji itu dan langsung dibawa ke ruang praktek si dokter 'Meredith' itu. Dokternya jago. Begitu liat muka gue, dia langsung bilang, "Wah, ini sih solusinya harus di facial. Facial aja ya." Wah, gue udah seneng aja dengernya. Kalau cuma difacial kan berarti ga ada satu jam gue di rumah sakit, terus bisa langsung pulang dengan damainya, main komputer deh di rumah! Ternyata gue salah, hal-hal yang menyeramkan justru baru akan dimulai...
Tolong musiknya, mas.
JENG JENG JENG.
Begitu gue masuk ruang perawatan, gue langsung duduk di kursi khusus, dan muka gue langsung dimassage. "Wah, ini baru enak," pikir gue. Semua pikiran gue akan hasil UAS yang jelek-jelek langsung hilang dalam sekali massage. Tiba-tiba mama gue masuk ke ruang perawatan,
"Mbak, ini sampai kapan selesainya ya? Saya mau ke ATM dulu," tanya mama ke perawat yang memfacial muka gue.
"Emmm, kira-kira 2 sampai 3 jam, bu. Belum lagi acara nangis-nangisannya," jawab perawat itu. "Oh, yaudah, saya mau ke carrefour sebentar. Jangan nakal ya, Dyz!"
Shocked. Bukan shock karena mama gue malah pergi ke carrefour bukannya ke giant aja yang lebih deket, tapi karena gue bingung: kenapa harus ada acara nangis segala? Kesannya nangis itu masuk urutan di ritual pemfacialan ini.
"Kenapa ada acara nangis, mbak?" tanya gue.
"Ya, nanti rasa sakitnya itu mantep banget, dek. Sampe nangis-nangis lah," jawab si mbak dengan santainya.
Hah? Mantep? Semantep apa? Bagai luka yang disiram air cuka? Gue belum pernah difacial sebelumnya, jadi ga tau. Yaudahlah, I don't care about the pain, all I want is to be facialized (hiah bikin kata sendiri dia) as soon as possible.
Awalnya emang enak, dipijit mukanya, dikasih masker yang dingin, terus mukanya dikasih uap panas yang bikin rileks, kemudian.... gue dikasih obat kimia disekujur muka yang rasanya BAGAI LUKA DISIRAM AIR CUKA BANGET. Akhirnya gue merasakan sendiri betapa perihnya rasa sakit dari frase yang gue karang itu.
Muka gue perlahan berubah warna jadi merah dan rasanya panas banget. Gue berusaha nahan rasa sakitnya. Mau sok kuat ceritanya, tapi tetep ga tahan. Perih banget. Akhirnya gue nangis. Tapi karena malu ketahuan nangis sama mbaknya, gue tahan nangisnya sampe sesengukkan. Hig. Hig. Hig. HIG. Senggukan yang terakhir itu gede banget suaranya, mbaknya sampe ketawa, terus dia bilang, "Udah, dek, nangisnya jangan ditahan. Ruangan ini emang tempat buat nangis kok. Nangis aja ga papa." Hiah, serem amat. Berarti di ruangan ini telah terdengar banyak suara tangis derita para wanita dong (apacoba).
Setelah melalui 2 setengah jam penuh tangisan dan rasa sakit, akhirnya ritual facial yang menyebalkan itu selesai juga. Alhasil, bukannya muka gue jadi semakin mirip Kristen Stewart, atau jadi mirip Barbie Szu, gue malah jadi mirip Dede si Manusia Akar Pohon. Muka gue jadi merah-merah, bengkak sana bengkak sini, dan mata gue jadi bengkak karena kebanyakan nangis.
I really hate facial. Siapasih penemu facial memfacial ini? Minta dimakan banget sih.
Sampai detik gue mengetik post ini, muka gue masih bengkak dan masih merah-merah. Gue masih harus minum banyak obat, dan gue juga harus bersedia muntah karena kebanyakan dimaskerin. Hhhhhhh sampai kapan selesainya ujian ini ya Tuhan? Gue pengen cepet sembuh.
Ciao.
3 comments:
eh nak dyza ... ngapain coba dipesiel ... kamu tu iseng daah. hihihiy. oh ya, anyway, proyek apaan yang berakhir pada tanggal 10 januari? that date SOUNDS familiar right?
Ya ampun dyz :( aku juga jerawatan, cepat sembuh nak
kaka ikut belasungkawa deh dyz atas penderitaan mu. Tp kaka masih penasaran nih. Emang rasanya luka dikasih cuka tu gmn?? blom pernah ngerasain soalnya
Post a Comment