Buat gue, tari Saman merupakan pelarian dari seluruh penat gue selama seminggu sekolah. Oasis di tengah padang pasir gue. Hujan di tengah hari panas. Beneran deh. Gue selalu pulang ke rumah dalam keadaan senang setiap kali gue selesai latihan ekskul tari Saman di sekolah. Kalau suatu saat gue gagal dalam seluruh pelajaran sekolah, cuma tari Saman satu-satunya harapan gue untuk bisa bertahan di sekolah. Eventhough, I'm not good at dancing, and though I don't remember half of my dancemates' names, gue sangat suka tari Saman.
Dari SMP, gue pengen banget bisa nari Saman. Gue cuma bisa memperhatikan beberapa anak perempuan latihan Saman di Mushalla sekolah. Memperhatikan dan berharap. Berharap bisa melakukan apa yang mereka lakukan.
And in High School, when I was offered the chance, I got so many questions to be answered.
Gimana kalau gue ga bisa nari?
Gimana kalau gue tiba-tiba berhenti di tengah jalan?
Gimana kalau kakak-kakaknya ternyata galak?
Gimana kalau ternyata gue ga cocok sama temen-temen narinya?
Gimana kalau ternyata cuma gue yang berminat ikut ekskul tari Saman di angkatan ini?
Saat itu adalah detik-detik sebelum istirahat kedua, dimana semua anak yang berminat ikut eksul Saman harus berkumpul di suatu kelas. Gue benar-benar memikirkan tentang kesempatan ini. Ambil atau lepas?
Istirahat kedua, gue memberanikan diri melangkah ke kelas XI IPA F, bersama temen sebangku gue, Golda, yang gue ajak (actually, I kinda begging her) untuk ikut Saman. Ternyata disana banyak anak-anak yang berminat. Perempuan semua (well, what do you expect???). Dan untungnya ada beberapa temen gue yang cukup gue kenal yang ikut Saman. Mungkin gue ga akan menemui banyak kesusahan dalam hal beradaptasi ini.
Sekarang, setelah beberapa bulan gue ikut ekskul ini, gue sangat bersyukur karena gue punya pelarian dari segala stres di sekolah. Ga sia-sia gue ngambil kesempatan ini waktu itu. Meskipun sampai sekarang gerakan gue masih kaku, masih belum bener, dan gue baru kenal setengah dari temen-temen nari gue. Untung gue ngambil kesempatan itu.
Harapan gue untuk hari-hari selanjutnya di kehidupan gue dalam menari Saman, adalah: semoga gerakan tari gue lebih luwes dan ga kaku lagi, semoga gue bisa mengenal lebih baik temen-temen ekskul Saman angkatan gue, karena bersama merekalah gue akan menari bersama selama 3 tahun, karena ga mungkin ada kekompakan dan kerjasama dalam menari kalau kita ga kenal satu sama lain, dan semoga suatu saat gue dapat menghasilkan uang lewat karir gue sebagai penari Saman (kata Mama: "APA?! Mama sekolahin kamu SD-SMP-SMA tuh bukan buat jadi penari tau!" hehe ampun ma)
Cheers.
P.S: Ternyata kakak-kakaknya ga galak loh, hahaha. Mereka sabar banget bantuin gue yang kerjanya cuma memperlambat kemajuan kelompok nari gue HAHA jadi malu :P
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
ah dyza mah gak asikkk ....
..gak asik
GAK USAH NANYA KENAPA
AWAS LO
gue cuma lagi seneng aja bilang orang gak asik
wah gue doain lo jadi PSK deh (penari saman komersil)
apasi sherrrrr
Post a Comment