Udah baca puisi gue yang berjudul 'Bangkit' belum?
Kalau belum pernah baca, klik INI dulu, baru lanjut baca.
Kalau udah pernah baca, keep reading...
Jadi, temen gue, Nori, bertanya kepada gue lewat commentnya di blog ini tentang post itu.
Sebenernya, gue rada pusing sama pertanyaannya, jadi gue tadi mikir lama dulu sebelum jawab, dan sekarang gue udah punya jawabannya. Pertanyaan lo akan gue jawab disini, Nor, kalau-kalau aja ada pembaca lain yang juga salah paham dengan puisi ini.
The question goes like this...
Nori Hesviandani Sudarsono said...
"dyz kalo kita menjatuhkan dunia dan
bersenang2 tanpanya, kita bersenang2nya gumana dong? kan bersenang2 itu urusan duniawi. masa mau bersenang2 diatas sajadah sambil megang al quran?"
"dyz kalo kita menjatuhkan dunia dan
bersenang2 tanpanya, kita bersenang2nya gumana dong? kan bersenang2 itu urusan duniawi. masa mau bersenang2 diatas sajadah sambil megang al quran?"
Hmmm, begini, Nor, "menjatuhkan dunia dan bersenang-senang tanpanya" maksudnya adalah: Meninggalkan sesuatu yang dulu pernah menjadi dunia atau segalanya bagi kita, and then have fun living without it. Sesuatu loh, Nor, bukan literally meninggalkan dunia.
Maaf yaaa readers yang jadi salah paham, maklum penyair amatiran ya gini deh puisinya absurd gitu. Eh, bukannya makin absurd suatu puisi, makin keren penyairnya ya? Hehehe.
1 comment:
ooo begitu ya dyz O.O
Klo kaka sih nangkep nya pas baru baca, bahwa kamu pengen ninggalin kayak urusan2 duniawi en materil gtu deh...
eh ternyata maksud puisinya beda..
tapi tetep ajah oke mba!!
Post a Comment